Tradisi Rewangan di Bumi Dipasena Makmur, Tulang Bawang

Share this article:
Arti Contoh Tradisi Rewangan di Kampung Bumi Dipasena Makmur Tulang Bawang Lampung - Tamy Cahya Widialoka
Saling membantu saat memanen udang di Bumi Dipasena Makmur, Tulang Bawang, Lampung. (Foto: dok. pribadi Tamy Cahya Widialoka)

Rewangan – Gotong royong merupakan ciri khas dari setiap warga masyarakat, sejak jaman dahulu sampai sekarang sudah menjadi kebiasaan yang melekat dan harus dipertahankan, karena bentuk dari solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri.

Dalam tradisi budaya Jawa, sudah terbiasa saling tolong-menolong ketika ada pernikahan dan khitanan di rumah tetangganya. Demikian itu yang dinamakan rewangan.

Membantu keluarga atau kerabat yang akan mengadakan acara, menyumbangkan tenaga atau meminjamkan berbagai perlengkapan.

Baca juga:
* Pasang ri Kajang, Nilai Luhur Desa Adat Ammatoa di Bulukumba

Menurut beberapa ahli, Tradisi Rewangan adalah sebuah norma yang memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagai mana seharusnya yang dilakukan.

Sumber lain menyebutkan, tradisi rewangan adalah suatu kegiatan saling membantu dengan menggunakan tenaga guna mempersiapkan pesta yang sudah dilakukan secara turun temurun.

Hari ini, tradisi khas nusantara ini masih bisa ditemukan di salah satu kampung yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.

Namun bukan saling membantu dalam urusan pernikanan atau khitanan. Namun saling membantu saat memanen udang.

Kampung Bumi Dipasena Makmur, tempat saya tinggal, mempunyai area pertambakan yang cukup luas. Menjadi bagian dari lahan tambak dengan luas total 16.250 hektare.

Kampung-kampung Bumi Dipasena ini adalah salah satu kawasan tambak udang terbesar di Asia Tenggara di era 1990-an.

Kampung Bumi Dipasena ini juga kampung dengan penduduk sebagian besar bermata pencaharian utama sebagai petambak udang. Dengan itu komoditas di Kampung Bumi Dipasena ini pun sama yaitu udang.

Mayoritas masyarakatnya keturunan Jawa, sehingga Kampung Bumi Dipasena ini masih terbiasa dengan tradisi “Rewangan”.

Anda bisa melihatnya saat ada kegiatan panen. Jika ada satu kolam milik petambak panen, maka petambak lain dalam satu jalur tambak akan ikut membantu proses panennya juga.

Para pria rewangan di tambak. Bagaimana dengan kaum perempuannya?

Selagi bapak-bapak memanen udang, para ibu akan saling bantu memasak. Menyiapkan makanan untuk bapak-bapak yang sedang memanen udang.

Yang membuat saya bangga adalah, tradisi rewangan dan kebersamaan petambak Bumi Dipasena ini masih dilaksanakan sampai sekarang.

Disisi lain masyarakat Kampung Bumi Dipasena memiliki gaya hidup yang sederhana. Walau mungkin saja mampu membeli berbagai barang atau peralatan mewah.

Gaya hidup ini terbentuk karena masyarakat masih menjunjung tinggi kekompakan. Serta masih ada kebiaasan saling membantu satu sama lain.

Selalin rasa kekeluargaan, masyarakat juag terbiasa dengan hidup disiplin dan saling percaya.

Baca juga:
* Bukit Kendeng di Desa Sumber Jaya, Pesawaran

Akhir kata marilah kita melestarikan budaya yang ada disekitar tempat tinggal kita agar bertahan selamanya.

Termasuk menjaga tradisi rewangan yang semakin langka kita jumpai di daerah perkotaan.

* Ditulis oleh: Tamy Cahya Widialoka, Mahasiswa Perjalanan Wisata, Politeknik Negeri Lampung (Polinela)

Share this article:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Kami:

Scan untuk Follow:

avonturin_nametag 2